Thursday, October 28, 2010

Model Operasional Bendungan Pertisipatif

Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan air waduk Batutegi untuk berbagai kepentingan (multi purpose) di daerah hilir sejalan dengan tidak adanya jaminan kontinuitas debit inflow waduk.  Peran serta masyarakat tidak hanya dalam bentuk konservasi daerah tangkapan waduk akan tetapi sharing informasi atas setiap kejadian hujan yang terjadi di daerah hulu (upstream), midstream (antara Batutegi-Argoguruh), dan hilir (downstream) Argoguruh diyakini akan memberikan dampak yang cukup luas tidak hanya pada konservasi waduk akan tetapi juga pada peningkatan intensitas tanam (CI) DI Sekampung System . 

Monday, October 25, 2010

Potensi Sumberdaya Air Propinsi Lampung

Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Sekampung merupakan salah satu DAS penting di Propinsi Lampung, disamping DAS lainnya yaitu DAS Seputih, DAS Tulang Bawang, DAS Mesuji, DAS Semangka, dan DAS Jepara.  Nilai penting DAS Sekampung karena DAS ini adalah paling strategis dan potensial untuk dikembangkan karena selain telah lebih maju dan berkembang dibandingkan dengan DAS lainnya, juga merupakan salah satu daerah lumbung padi nasional, potensi sumberdaya airnya belum seluruhnya dapat dikembangkan, serta merupakan tempat permukiman lebih dari 45% jumlah total penduduk Propinsi Lampung (Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Way Seputih Way Sekampung). DAS Sekampung dengan sungai utama Way Sekampung membentang antara 104o30’ hingga 106o00’ BT dan 5o00’  hingga 5o5’ LS, dengan daerah tangkapan seluas 4.796 km2.  Sungai ini mengalir dari pegunungan Bukit Barisan Selatan di Bukit Rindingan yang berketinggian + 1.608 m dpl hingga bermuara di Laut Jawa di pantai Timur Propinsi Lampung dengan total panjang aliran seluruh sungai lebih kurang 623 km.  Sepanjang kurang lebih 40 km, dasar sungai menurun secara cepat hingga ± 170 m dan kemudian bergabung dengan percabangan sungai lainnya, yaituWay Sangharus di atas Bendungan Batutegi.  Panjang aliran sungai Way Sekampung dari Bendungan Batutegi hingga ke Laut Jawa lebih kurang sepanjang 250 km.  Daerah tangkapan hujan di bagian hulu Bendungan Batutegi seluas ± 425 km2 umumnya berupa hutan dengan beberapa macam jenis tumbuhan pohon.  Akan tetapi kegiatan penebangan hutan banyak terjadi pada beberapa tempat sehingga daerah tersebut telah berubah menjadi hutan sekunder dan bahkan menjadi padang rumput. Pada daerah dataran rendah umumnya berupa sawah dengan sistem pengairan beririgasi teknis dan semi teknis.  Di bawah Bendungan Batutegi  terdapat beberapa aliran sungai yang bermuara di Sungai Way Sekampung sebelum Bendung Argoguruh, yaitu Way Ilahan, Way Merabung, Way Bulok, Way Tebu, Way Padang Ratu, dan Way Semah.  Adapun sungai yang cukup penting yang berada di bawah Bendung Argoguruh antara lain adalah Way Kandis, Way Galih, Way Bekarang, Way Ketibung, Way Sulan, dan Way Pisang.  Namun sangat disayangkan, pada kondisi penutupan lahan yang tidak lagi didominasi oleh hutan dimana total luas lahan yang berhutan hanya sekitar 10% dari total luas DAS maka debit sungai Way Sekampung yang terukur pada stasiun (lokasi) pengukuran Pujo Rahayu berfluktuasi dengan rasio debit maksimum-minimum berkisar 147,93-697,06% antara musim penghujan dan musim kemarau. Rasio debit terendah terjadi pada Bulan September sedangkan rasio tertinggi terjadi pada Bulan Mei.  Debit maksimum yang pernah terjadi selama 10 tahun (1984-1993) adalah sebesar 519,34 m3/det pada Tahun 1985 sedangkan debit minimum yang pernah terjadi sebesar 6,01 m3/det pada Tahun 1991.  Data tersebut memberikan gambaran bahwa fluktuasi debit sungai Way Sekampung cukup besar, artinya pada waktu debit besar akan kelebihan air dan bahkan di beberapa tempat menimbulkan banjir sebaliknya pada waktu debit kecil (pada saat bulan-bulan kering) terjadi kekurangan air dan bahkan kering sama sekali.